Senin, 24 Januari 2011

The Count of Monte Cristo


Keuntungannya membaca cerita dengan setting sejarah atau masa lalu adalah selain untuk hiburan, setidaknya juga bisa sedikit menggambarkan suasana di zaman tidak enak dulu. Maklum, kita kan tidak bisa memutar arah waktu. Baca buku sejarah betulan juga kadang membosankan. Satu-satunya cara ya baca novel semacam ini.

Dari sekian banyak cerita klasik yang paling terfavorit adalah The Count of Monte Cristo. Dari judulnya saja sudah terbayang kemisteriusannya. Awalnya saya tahu cerita tersebut dari sebuah film klasik yang diputar di salah satu stasiun televisi. Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar kalau tidak salah tapi sudah bisa membuatku terkesan. Bertahun-tahun kemudian, waktu SMA, secara kebetulan saya menemukan novelnya di sebuah perpustakaan keliling komersial (alias rental buku keliling). Saking bergairahnya tanpa pikir panjang langsung saya pinjam dan baca walaupun jam pelajaran sudah dimulai. Kalau sudah begitu biasanya hanya berhenti kalo sudah khatam atau mengisi perut atau ke kamar mandi.
Luar biasa. Ceritanya ternyata lebih seru daripada yang digambarkan dalam film. Saya juga maklum kalau film tidak bisa menceritakan seluruh kisahnya secara utuh. Inti ceritanya adalah mengenai balas dendam seorang pelaut yang dizhalimi hanya karena persoalan persaingan mendapatkan seorang gadis.  Yang menarik adalah bagaimana dia menyusun rencana dengan matang sehingga setiap orang yang terlibat memperoleh ganjaran yang setimpal dengan perbuatan yang menyebabkan dia, keluarga, dan temannya menderita. Terus terang saya kagum dengan penulisnya, kok bisa punya ide yang brilian seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.