Malam sudah larut, seorang anak perempuan masih asik mencoretkan spidolnya di atas selembar kertas. Sang Ayah mengawasi jangan sampai gadis kecil itu membuat grafiti di tembok rumah. Dia sudah lelah atau bosan sebenarnya, terutama karena dengan terpaksa ikut menyaksikan adegan marah-marah di sinetron yang sedang ditonton istrinya. Menurutnya di rumah seharusnya peaceful. Nonton begituan malah bikin stress.
Tiba-tiba anaknya menguap. Inilah kesempatan yang ditunggu-tunggu Ayah. "Tuh sudah ngantuk. Tidur yuk, besok kan harus bangun pagi terus ke sekolah."
"Gendong." Dengan nada manja and tangan direntangkan ke atas minta diangkat.
Ayah mengangkatnya tinggi-tinggi lalu membopongnya ke kamar tidur. Dia setengah menghempaskan anaknya di atas tempat tidur tetapi gadis kecil itu senang akan sensasi pantulan di atas spring bed. Setelah mematikan lampu, ayah berbaring di sampingnya dan menutup mata supaya anaknya tidak ngajak ngobrol dan segera tertidur.
Gadis kecil itu masih belum genap 4 tahun dan masih tidur satu ranjang dengan kedua orang tuanya. Dia belum benar-benar ngantuk karena sorenya setelah pulang sekolah ia tertidur sampai magrib. Sambil menyanyikan lagu pop dewasa dia membolak-balikkan badannya di atas tempat tidur. Kadang-kadang kakinya mampir di wajah ayahnya yang pura-pura tertidur.
"Ayah ceritain." Ia mengguncang-guncangkan tubuh ayahnya setelah beberapa lagu yang dinyanyikannya sendiri tidak membuatnya tertidur.
"Cerita apa?" Dengan nada ngantuk ayah menanggapi tanpa membuka matanya. Dia sudah menduga hal tersebut akan terjadi karena memang sering terjadi.
Anak itu langsung turun dari tempat tidur dan berlari menuju ruang keluarga. Ia mengambil sebuah buku dari dalam lemari. Buku itu kumpulan cerita puteri Disney berbahasa Jepang dan ada gambarnya. Kemudian ia kembali ke kamar tidur dan menyerahkannya pada ayahnya.
"Tiduran yang bener sana!" perintah ayahnya sambil kembali menyalakan lampu. "Habis ini langsung tidur, ya?" Ia berharap jangan sampai anaknya melakukan bargain.
"Watashi no namae wa Aireru desu. Namaku Putri Ariel" ayah memulai sambil tersenyum karena hanya kalimat itu yang dipahaminya. Selanjutnya ia harus memeras otak, mengira-ngira alur cerita berdasarkan gambar-gambar yang ada. Toh anaknya juga belum tahu cerita sebenarnya. Soalnya kalau dia akan marah kalau ceritanya tidak sesuai dengan yang diketahuinya.
Setelah beberapa saat cerita berakhir dengan menikahnya Putri Ariel dengan Sang Pangeran yang entah siapa namanya. Kemudian ayah dengan tegas menyuruh anaknya tidur dan mengabaikan request cerita lain dari anaknya. Lampu kamar pun dimatikan dan ayah memakai strategi sebelumnya yang malah membuatnya tertidur duluan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.